Tulisan ini merupakan lanjutan dari catatan perjalanan sebelumnya yang berjudul Hong Kong SAR dan Shenzhen, China. Bagian Pertama. Seluruh bagian catatan perjalanan ini adalah rangkuman dari sejumlah catatan kecil yang tercerai-berai dalam bentuk coretan tangan terburu-buru pada beragam kertas bekas, yang ditulis seingatnya, tanpa suatu ikatan yang sifatnya harus—apalagi wajib—dari pihak manapun. Tulisan ini adalah rekonstruksi, dan aku menuliskannya dengan sejumlah rujukan tambahan yang dapat diperoleh di Internet sebagai pelengkap informasi.
Hari Kedua, 20 Mei 2010
Sebelum lelap mengikuti lelah mata malam tadi, aku sempat mengatur fungsi alarm pada dua buah telepon genggam yang ku bawa. Aku letakkan di atas laci kabinet kecil sebelah tempat tidur dan disetel tepat pada pukul empat lebih tiga puluh menit, lainnya sebagai pengingat cadangan ku atur pada pukul lima pagi dan ku letakkan dekat tas travel yang teronggok di lantai. Sebagai cadangan, ponsel kedua tersebut sengaja disimpan lebih jauh agar aku harus turun dari tempat tidur terlebih dahulu sekedar untuk mencapai dan mematikannya. Hal-hal kecil seperti ini sering aku lakukan bila aku harus pergi tanpa ada orang lain yang menemani. Karena tak jarang—rasanya lebih cocok disebut sering kali—jam biologis ditubuhku seolah tak berfungsi, terutama saat harus bangun pagi hari. Ya, dengan sadar aku dapat mengatakan: "mungkin ini efek samping dari sering tak tidur malam sejak aku merantau jauh dari tanah kelahiran." Aku merasa sedikit khawatir, tapi aku tetap melakukannya, karena pendapatku itu bukan hasil riset ilmiah :P
Sedikit informasi bagi anda ketika berada di Hong Kong, arah kiblat—dapat dikatakan—persis ke arah barat sesuai jarum penunjuk kompas pada umumnya. Hal tersebut berdasarkan informasi dari gambaran di atas peta The World Political publikasi National Geographic Map, dimana Mekah dan Hong Kong sama-sama berada tidak jauh di bawah Garis Balik Utara atau Tropic of Cancer. Informasi pendamping tentang arah kiblat di Hong Kong dapat anda temukan pula pada halaman Kowloon, Hong Kong dari IslamicFinder. Sementara acuan waktu sholat yang aku sendiri gunakan adalah berdasarkan informasi Hong Kong Prayers Time Table. Di situs web islam.org.hk atau Light of Islam, anda juga dapat mengetahui alamat Masjid, tempat yang menyediakan makanan halal, serta informasi lain yang bermanfaat.
Alhamdulillah, fungsi beker digital cadangan itu tak perlu berbunyi. Aku segera terbangun setelah alarm dari ponsel pertama lelah berteriak selama tujuh belas menit, hingga serak suaranya, kasihan, hehehe. Keluar mengambil segelas air hangat yang tersedia di luar untuk minum, lalu kembali untuk berpatut diri sebelum mendirikan sholat subuh. Pukul 5:22 HKT, sembari menanti mentari naik lebih tinggi, aku menyusun corat-coret jadwal perjalanan yang akan kutempuh di hari kedua ini. Sekumpulan informasi berupa peta dan rute kembali aku pelajari. Oh ya, aku lupa! Sebuah buku berjudul China edisi Mei 2009, terbitan LonelyPlanet sempat aku beli dari toko buku RELAY di Arrival Hall, HKIA sebagai travel guide tambahan dalam perjalanan ini. Bukan dengan alasan takut tersasar—apalagi mencari tempat shopping yang sudah bertebaran di internet—melainkan aku membutuhkannya lebih sebagai panduan mengeksplorasi negeri sang bintang, Jackie Chan. Dalam rencana, hari itu aku harus melakukan installasi perangkat yang sudah dibawa. Titik. Estimasi waktu penyelesaian pekerjaan termasuk perjalanan adalah 3 jam. Artinya aku memiliki sangat banyak waktu luang setelah tengah hari untuk meninggalkan jejak langkah kaki.
Eh, hai, sarapan pagi itu penting. Dan hari itu aku hanya memiliki mi instan, sebab sebungkus biskuit mungkin lebih cocok untuk dijadikan cemilan. Oalah, tak kutemukan sebuah mangkuk dan sendok pun yang dapat digunakan untuk sekedar menyeduh. PERINGATAN: KENALI RESIKO, JANGAN MELAKUKAN HAL YANG SAMA. Maka sebelum dapat menikmati sarapan, dengan sedikit air panas, mi instan pun diseduh tetap di dalam bungkusnya. Poor me!
Lewat 10 menit dari pukul tujuh pagi, setelah melakukan kontak pertama dengan kolega, aku melangkah keluar. Jadwal perjalanan hari itu sedikit berubah, sebab aku baru dapat melakukan pekerjaan, nanti setelah tengah hari. Tak mengapa, bukan masalah besar. Jadi, yang kulakukan kemudian adalah berkeliling beberapa blok dari hostel. Target utama: Hong Kong Central Library. Setelah menambah isi tas sandang usang dengan sebotol air minum dari mini market terdekat, aku berjalan ke arah Victoria Park, lalu terus menyusuri pinggiran taman terluas di Hong Kong Island tersebut. Sayang, hari masih terlalu pagi ketika aku tiba di sebuah gedung megah yang sudah menggambarkan makna kata "central library" itu sendiri. Maka pagi itu aku belum berkesempatan masuk untuk menikmati barang satu koleksi pun, semoga lain waktu.
Perjalanan kulanjutkan ke arah "Indonesia Center" dimana Consulate General of The Republic Indonesia (KJRI) berada. Tak ada kepentingan, sekedar mengisi waktu dan melihat-lihat. Sudah pukul 9.38 HKT, olah raga yang menyenangkan. Entah berapa blok aku sudah berkelana. Oh ya, kemudian dalam perjalanan menuju titik pintu masuk stasiun MTR terdekat, aku menemukan tempat yang juga aku cari-cari. Apa itu? Ahai! Nanti saja, aku bahas pada bagian selanjutnya, hehehe.
Ringkasnya, setelah membeli sebuah Tourist Day Pass seharga HKD 55, aku sudah berada di kereta yang akan membawaku dari stasiun Causeway Bay ke stasiun North Point, sebuah interchange station antara Island Line dengan Tseung Kwan O Line. Lalu, setelah tiba dan bertukar kereta, perjalanan dilanjutkan menuju stasiun Yau Tong, yang merupakan stasiun tempat pertukaran antara Tseung Kwan O Line dengan Kwun Tong Line. Di Yau Tong, sesudah pindah ke kereta lainnya, perjalanan berlanjut ke stasiun Kowloon Bay. Total waktu tempuh lebih dari 35 menit, itu sudah termasuk waktu yang digunakan untuk menunggu dan bertukar kereta. Sekira lima belas menit menjelang pukul sebelas aku sudah berada di Telford Plaza yang area keseluruhannya lebih dikenal dengan nama Telford Garden. Setelah tadi berolah raga mengelilingi beberapa blok di Causeway Bay, sekarang saatnya aku ngadem di mall.
Masih ada waktu satu jam menjelang tengah hari, sebelum aku harus melakukan panggilan telepon ke kolega, sekadar konfirmasi bahwa aku sudah berada pada titik pertemuan. Aku mengisi waktu dengan menyambangi beberapa toko yang menjual perangkat elektronik dan perlengkapan komputer. Mencari barang titipan yang, aduhai, ternyata menemukannya sama sulitnya ketika berada di Indonesia! Ya ya ya, ini memang bukan tempat yang tepat.
Setelah puas ngadem, tak lama aku sudah bertemu dan berbincang dengan kolega. Tiga jam kemudian waktu di isi dengan bergulat pada pekerjaan sebenarnya. Tempatnya tak begitu jauh, tak sampai sepuluh menit dicapai dengan berjalan kaki, dengan panduan melalui telepon. Singkatnya: pekerjaan selesai, ibadah tenang, perut pun kenyang. Lengkap! Makan siang sudah ditanggung halal dan gratis di Islam Food, meski hanya Fried Rice, tapi rasanya wow! mantap! Seminggu lagi tak makan pun, mungkin lapar kan hilang sendiri dengan sekedar mengingatnya! hahaha.
Waktunya melanjutkan perjalanan. Mengkesplorasi bagian kecil Hong Kong menjelang senja hari. Lewat dua puluh menit dari jam lima sore waktu setempat, aku sudah berada di pintu keluar "B" stasiun Mong Kok East, setelah sebelumnya pindah kereta di stasiun Kowloon Tong. Tadinya, sesuai coretan tangan pagi, aku harus keluar melalui "D" untuk menuju Bird Garden dan Flower Market. Jangan berpikir bahwa aku akan membeli unggas atau kembang. Aku hanya ingin melihat-lihat bagaimana suatu kawasan perdagangan unggas dan kembang ditata ala Hong Kong, itu saja. Tapi waktu yang sudah sesore ini, membuat aku harus mengurungkan rencana itu.
Jadi kini aku akan menuju Mong Kok Computer Centre (MCC). Sebuah mall yang tak begitu besar, berlantai tiga dan lumayan populer, termasuk bagi turis asing. Dari namanya, jelas tempat ini menyediakan komputer beserta aksesoris, kamera, juga banyak gadget lain. Soal harga, ada yang fixed price dan terbuka untuk ditawar. Jangan sampai membeli mentah-mentah ketika melihat sebuah barang dengan pajangan harga tertentu, sebab anda bisa melakukan bargaining harga disini. Tapi kurang beruntung, hasil tawar-menawar untuk sebuah komputer jinjing tak begitu menggoda. Demikian pula nasib barang titipan yang dicari tak kunjung ditemukan. Dari beberapa penjual di sana, aku hanya mendapat saran untuk mencoba mencari di beberapa pusat perbelanjaan barang elektronik lainnya.
Hampir satu jam di MCC, setelah selesai berkeliling, aku lalu keluar. Aku sempatkan membeli kartu perdana GSM baru di outlet China Mobile sebagai pengganti sim card sebelumnya yang sudah ditinggalkan terkait dengan pekerjaan. Kemudian kaki terus melangkah dengan santai menuju stasiun Mong Kok. Gak mampir ke Ladies' Market alias Tung Choi Street yang terkenal itu? Hmm, ingin sih, tapi lain waktu saja, ya. FYI: bila anda berkenan melihat seperti apa MCC dan sekitarnya, mungkin The Engadget Show: Inside the gadget markets of China, part one - Hong Kong publikasi April 2010, cukup jelas memberikan gambaran.
Tujuan selanjutnya: mencari tempat yang nyaman untuk melaksanakan sholat maghrib, lalu menuju The Peak Tram. Setelah menyeberangi Victoria Harbour melalui tunnel bawah laut—yang menyebabkan tarif angkutan umum, termasuk MTR train cenderung lebih tinggi—aku turun di stasiun Central yang merupakan ujung dari Tsuen Wan Line di Hong Kong Island.
Keluar dari pintu bertanda "J2", mengambil tempat di salah satu sudut Chater Garden, aku langsung menunaikan kewajiban sebagai muslim. Kemudian melanjutkan perjalanan yang sedikit mendaki ke arah dimana tram yang akan membawa penumpangnya ke The Peak. Wah wah wah, pada delapan menit menjelang pukul delapan malam, ternyata antrian sudah mengular. Aku mencoba ikut dalam antrian. Sepuluh menit bersabar antrian seolah tak bergerak maju, sementara ekor di belakang semakin panjang. Cukup, cukup, kali ini aku harus mengurungkan niat melihat Hong Kong dari ketinggian 428 meter. Maka dengan sedikit terpaksa aku katakan: melihat dari dekat Bank Of China Tower, salah satu pencakar langit di Hong Kong pada malam hari sudah sedikit menghibur diriku. Pelajaran malam itu: bila anda berniat melihat Hong Kong dari ketinggian di Sky Terrace di kala malam, aku rasa menjelang senja anda harus sudah mulai ikut mengantri.
Kembali ke stasiun Central, lalu menuju stasiun Wan Chai. Satu jam menjelang closing time, aku mengitari pusat perbelanjaan komputer bernama Wan Chai Computer Centre (WCC). Letaknya tepat di atas stasiun MTR Wan Chai, ke arah pintu keluar "A4". Salah fokus: Hong Kong sepertinya memang layak disebut sebagai salah satu surga buku. Berbeda dengan sebuah toko di MCC yang cenderung menyediakan buku berbahasa lokal, di WCC anda dapat dengan mudah menemukan buku-buku komputer berbahasa Inggris dari penerbit ternama seperti O'Reilly dengan harga yang memikat hati. Demikian halnya dengan harga gadgets di Wan Chai Computer Center, sepertinya akan membuat dompet anda tak perlu dibuka lebar-lebar. Tipsnya: be polite. Kalau saja aku adalah serious buyer dan shopping holic, tentu aku sudah punya beberapa gadget dari sini dengan harga yang, heumm best price lah, hahaha. Waduh! beberapa pegawai terlihat sedang—bahkan ada yang sudah—menutup tokonya. Jadi aku tak bisa berlama-lama disini, sebab titipan utama yang dicari pun tak ketemu jugak. doh!
Tak puas berolah raga pagi, malam itu aku "mengukur jalan" lagi. Menyusuri Hennessy Road dari stasiun Wan Chai ke Causeway Bay. Tujuannya sangat jelas, pulang ke hostel untuk beristirahat. Wah, hidup akan lebih sehat kali ya kalau tiap hari untuk pergi kemana-mana bisa jalan santai begini, hehehe. Hampir 30 menit, aku sudah tiba. Sebelum ke hostel, aku singgah sebentar ke Wellcome super store terdekat yang buka 24 jam penuh untuk membeli apel sebagai sekadar pengganjal perut malam ini sekaligus bekal logistik perjalanan esok hari. Lha, kemana lagi? Temukan pada kelanjutan kisah perjalanan ini. Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar